MALIN KUNDANG
Malin
termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam
dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar
ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka
tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Karena
merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk
membesarkan dirinya. Malin memutuskan untuk pergi merantau agar dapat
menjadi kaya raya setelah kembali ke kampung halaman kelak.
Awalnya
Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah
kembali setelah pergi merantau tetapi Malin tetap bersikeras sehingga
akhirnya dia rela melepas Malin pergi merantau dengan menumpang kapal
seorang saudagar.Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar
tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman.
Di
tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang
oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di
kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan
orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin
Kundang beruntung, dia sempat bersembunyi di sebuah ruang kecil yang
tertutup oleh kayu sehingga tidak dibunuh oleh para bajak laut.
Malin
Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang
ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan tenaga yang tersisa,
Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Desa
tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan
dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi
seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah
yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin
Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Berita
Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai
juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan
sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin setiap
hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung
halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya
melakukan pelayaran disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang
banyak. Ibu Malin yang melihat kedatangan kapal itu ke dermaga melihat
ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau
yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Ibu
Malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat
belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa
yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau
pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk
Malin Kundang. Tetapi melihat wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor
memeluknya Malin Kundang menjadi marah meskipun ia mengetahui bahwa
wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu bila hal ini diketahui
oleh istrinya dan juga anak buahnya.
Mendapat perlakukan seperti
itu dari anaknya ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga
anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu
Malin menyumpah anaknya "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi
dia menjadi sebuah batu".
Tidak berapa lama kemudian Malin
Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah perjalanan datang badai
dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin
Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk
menjadi sebuah batu karang. Sampai saat ini Batu Malin Kundang masih
dapat dilihat di sebuah pantai bernama pantai Aia Manih, di selatan kota
Padang, Sumatera Barat.
TIMUN MAS
Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal
di sebuah desa di dekat hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka
belum saja dikaruniai seorang anak pun.
Setiap hari mereka berdoa
pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera diberi seorang anak.
Suatu hari seorang raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu
mendengar doa suami istri itu. Raksasa itu kemudian memberi mereka biji
mentimun.“Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang
anak perempuan,” kata Raksasa. “Terima kasih, Raksasa,” kata suami istri
itu. “Tapi ada syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian
serahkan padaku,” sahut Raksasa. Suami istri itu sangat merindukan
seorang anak. Karena itu tanpa berpikir panjang mereka setuju.
Suami
istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari
mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin.
Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan.Buah
mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu
masak, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu.
Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan bayi
perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia. Mereka
memberi nama bayi itu Timun Mas.Tahun demi tahun berlalu. Timun
Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua orang tuanya sangat bangga
padanya. Tapi mereka menjadi sangat takut. Karena pada ulang tahun Timun
Mas yang ke-17, sang raksasa datang kembali. Raksasa itu menangih janji
untuk mengambil Timun Mas.Petani itu mencoba tenang. “Tunggulah
sebentar. Timun Mas sedang bermain. Istriku akan memanggilnya,”
katanya. Petani itu segera menemui anaknya. “Anakkku, ambillah ini,”
katanya sambil menyerahkan sebuah kantung kain. “Ini akan menolongmu
melawan Raksasa. Sekarang larilah secepat mungkin,” katanya. Maka Timun
Mas pun segera melarikan diri.Suami istri itu sedih atas
kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela kalau anaknya menjadi
santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi tak sabar. Ia
tahu, telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun menghancurkan pondok
petani itu. Lalu ia mengejar Timun Mas ke hutan.Raksasa segera
berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas segera
mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu
ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut yang luas pun
terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah.Timun
Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil menyusulnya.
Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia mengambil
segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah raksasa. Seketika pohon
dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa
berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri.Tapi
Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka
Timun Mas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan biji-biji
mentimun ajaib. Seketika tumbuhlah kebun mentimun yang sangat luas.
Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun makan mentimun-mentimun yang
segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur.Timun
Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama
kelamaan tenaganya habis. Lebih celaka lagi karena Raksasa terbangun
dari tidurnya. Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Mas sangat
ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi
udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas
terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai
Timun Mas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa panik. Ia
tak bisa bernapas, lalu tenggelam.Timun Mas lega. Ia telah
selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang tuanya. Ayah dan Ibu Timun
Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat. Mereka menyambutnya.
“Terima Kasih, Tuhan. Kau telah menyelamatkan anakku,” kata mereka
gembira.Sejak saat itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup bahagia tanpa ketakutan lagi.Cerita Rakyat Jawa Barat
TALAGA WARNA
Zaman
dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat. Negeri itu dipimpin oleh
seorang raja. Prabu, begitulah orang memanggilnya. Ia adalah raja yang
baik dan bijaksana. Tak heran, kalau negeri itu makmur dan tenteram.
Tak ada penduduk yang lapar di negeri itu.
Semua sangat menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya belum
memiliki anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih.
Penasehat Prabu menyarankan, agar mereka mengangkat anak. Namun Prabu
dan Ratu tidak setuju. “Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari
pada anak angkat,” sahut mereka.
Anak itu tumbuh menjadi orang dewasa yang tinggi besar. Karena itu ia dipanggil dengan nama Kebo Iwa, yang artinya paman kerbau.
Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat
istrinya.. Lalu Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana sang Prabu
terus berdoa, agar dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan
mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu
senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah.
Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri. Penduduk
negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu
tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi
remaja yang cantik.
Kebo Iwa memang serba besar. Jangkauan kakinya sangat lebar,
sehingga ia dapat bepergian dengan cepat. Kalau ia ingin minum, Kebo
Iwa tinggal menusukkan telunjuknya ke tanah. Sehingga terjadilah sumur
kecil yang mengeluarkan air.
Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya
apa pun yang dia inginkan. Namun itu membuatnya menjadi gadis yang
manja. Kalau keinginannya tidak terpenuhi, gadis itu akan marah. Ia
bahkan sering berkata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di
kerajaan itu mencintainya.
Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di seluruh
negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan berusia 17 tahun. Maka para
penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka membawa aneka hadiah
yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak
itu, lalu menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa
menggunakannya untuk kepentingan rakyat.
Prabu hanya mengambil sedikit emas dan permata. Ia membawanya ke
ahli perhiasan. “Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk
putriku,” kata Prabu. “Dengan senang hati, Yang Mulia,” sahut ahli
perhiasan. Ia lalu bekerja d sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia
ingin menciptakan kalung yang paling indah di dunia, karena ia sangat
menyayangi Putri.
Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun
istana. Ketika Prabu dan Ratu datang, orang menyambutnya dengan
gembira. Sambutan hangat makin terdengar, ketika Putri yang cantik
jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi
kecantikannya.
Prabu lalu bangkit dari kursinya. Kalung yang indah sudah
dipegangnya. “Putriku tercinta, hari ini aku berikan kalung ini
untukmu. Kalung ini pemberian orang-orang dari penjuru negeri. Mereka
sangat mencintaimu. Mereka mempersembahkan hadiah ini, karena mereka
gembira melihatmu tumbuh jadi dewasa. Pakailah kalung ini, Nak,” kata
Prabu.
Putri menerima kalung itu. Lalu ia melihat kalung itu sekilas. “Aku
tak mau memakainya. Kalung ini jelek!” seru Putri. Kemudian ia melempar
kalung itu. Kalung yang indah pun rusak. Emas dan permatanya tersebar
di lantai.
Itu sungguh mengejutkan. Tak seorang pun menyangka, Putri akan
berbuat seperti itu. Tak seorang pun bicara. Suasana hening. Tiba-tiba
terdengar tangisan Ratu. Tangisannya diikuti oleh semua orang.
Tiba-tiba muncul mata air dari halaman istana. Mula-mula membentuk
kolam kecil. Lalu istana mulai banjir. Istana pun dipenuhi air bagai
danau. Lalu danau itu makin besar dan menenggelamkan istana.
Sekarang, danau itu disebut Talaga Warna. Danau itu berada di daerah
puncak. Di hari yang cerah, kita bisa melihat danau itu penuh warna
yang indah dan mengagumkan. Warna itu berasal dari bayangan hutan,
tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun orang
mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang tersebar di
dasar telaga.
LORO JONGGRANG
Loro Jonggrang, atau lebih tepat dieja sebagai Rara/Lara Jonggrang atau
biasa disebut Durga Mahisasuramardini adalah sebuah legenda atau cerita
rakyat yang ingin menjelaskan adanya Candi Prambanan di Jawa Tengah.
Cerita ini berdasarkan arca Dewi Durga yang ditemukan di desa Prambanan,
Jawa Tengah ini.
Rara Jonggrang artinya adalah “dara (gadis) langsing”. Menurut rakyat setempat ceritanya seperti ini:
Alkisah
adalah seorang Raja yang bernama Raja Baka (Boko) dan mempunyai putri
sangat cantik, Rara Jonggrang. Maka iapun dilamar oleh Bandung Bandawasa
(Bandung Bondowoso). Rara Jongrang pun disuruh menikah dengan Bandung
Bandawasa tidak mau karena tidak mencintainya. Akhirnya ia setuju
asalkan permintaannya dikabulkan. Permintaannya ialah minta dibangunkan
1.000 candi dalam waktu satu hari satu malam.
Bandung Bandawasa
setuju, lalu ia mulai membangun, tetapi setelah malam hari ia meminta
bantuan makhluk halus sehingga pembangunan bisa lebih cepat. Rara
Jongrang khawatir dan ia menyuruh dayang-dayangnya supaya membunyikan
suara-suara berisik dan membangunkan hewan-hewan peliharaan supaya para
makhluk halus takut. Ternyata benar, para makhluk halus mengira hari
telah pagi dan mereka bersembunyi lagi. Bandung Bandawasa melihat bahwa
jumlah candi hanya 999 dan ia tahu bahwa ia telah dikelabui oleh Rara
Jongrang yang berbuat curang. Maka iapun murka dan menyihir Rara
Jongrang menjadi patung batu yang menghias candi terakhi
SANGKURIANG
Pada jaman dahulu, tersebutlah kisah seorang puteri raja di
Jawa Barat bernama Dayang Sumbi.Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama
Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu.
Ia
berburu dengan ditemani oleh Tumang, anjing kesayangan istana. Sangkuriang tidak tahu,
bahwa anjing itu adalah titisan dewa dan juga bapaknya.
Pada suatu hari Tumang tidak mau
mengikuti perintahnya untuk mengejar hewan buruan. Maka anjing tersebut diusirnya ke dalam
hutan.
Ketika kembali ke istana, Sangkuriang menceritakan kejadian
itu pada ibunya. Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar cerita itu. Tanpa
sengaja ia memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi yang dipegangnya. Sangkuriang
terluka. Ia sangat kecewa dan pergi mengembara.
Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali
dirinya. Ia selalu berdoa dan sangat tekun bertapa. Pada suatu ketika, para dewa
memberinya sebuah hadiah. Ia akan selamanya muda dan memiliki kecantikan abadi.
Setelah bertahun-tahun mengembara, Sangkuriang akhirnya
berniat untuk kembali ke tanah airnya. Sesampainya disana, kerajaan itu sudah berubah
total. Disana dijumpainya seorang gadis jelita, yang tak lain adalah Dayang Sumbi.
Terpesona oleh kecantikan wanita tersebut maka, Sangkuriang melamarnya. Oleh karena
pemuda itu sangat tampan, Dayang Sumbi pun sangat terpesona padanya.
Pada suatu hari Sangkuriang minta
pamit untuk berburu. Ia minta tolong Dayang Sumbi untuk merapikan ikat kepalanya. Alangkah
terkejutnya Dayang Sumbi demi melihat bekas luka di kepala calon suaminya. Luka itu persis
seperti luka anaknya yang telah pergi merantau. Setelah lama diperhatikannya, ternyata
wajah pemuda itu sangat mirip dengan wajah anaknya. Ia menjadi sangat ketakutan.
Maka kemudian ia mencari daya upaya
untuk menggagalkan proses peminangan itu. Ia mengajukan dua buah syarat. Pertama, ia
meminta pemuda itu untuk membendung sungai Citarum. Dan kedua, ia minta Sangkuriang untuk
membuat sebuah sampan besar untuk menyeberang sungai itu. Kedua syarat itu harus sudah
dipenuhi sebelum fajar menyingsing.
Malam itu Sangkuriang melakukan
tapa. Dengan kesaktiannya ia mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk membantu menyelesaikan
pekerjaan itu. Dayang Sumbi pun diam-diam mengintip pekerjaan tersebut. Begitu pekerjaan
itu hampir selesai, Dayang Sumbi memerintahkan pasukannya untuk menggelar kain sutra merah
di sebelah timur kota.
Ketika menyaksikan warna memerah di
timur kota, Sangkuriang mengira hari sudah menjelang pagi. Ia pun menghentikan
pekerjaannya. Ia sangat marah oleh karena itu berarti ia tidak dapat memenuhi syarat yang
diminta Dayang Sumbi.
Dengan kekuatannya, ia menjebol
bendungan yang dibuatnya. Terjadilah banjir besar melanda seluruh kota. Ia pun kemudian
menendang sampan besar yang dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh menjadi sebuah gunung
yang bernama "Tangkuban Perahu."
CANDI PRAMBANAN
Di dekat kota Yogyakarta terdapat candi Hindu yang paling indah di
Indonesia. Candi ini dibangun dalam abad kesembilan Masehi. Karena terletak di desa
Prambanan, maka candi ini disebut candi Prambanan tetapi juga terkenal sebagai candi Lara
Jonggrang, sebuah nama yang diambil dari legenda Lara Jonggrang dan Bandung Bondowoso.
Beginilah ceritanya.
Konon tersebutlah seorang raja yang bernama Prabu Baka. Beliau bertahta di
Prambanan. Raja ini seorang raksasa yang menakutkan dan besar kekuasaannya. Meskipun
demikian, kalau sudah takdir, akhirnya dia kalah juga dengan Raja Pengging. Prabu Baka
meninggal di medan perang. Kemenangan Raja Pengging itu disebabkan karena bantuan orang
kuat yang bernama Bondowoso yang juga terkenal sebagai Bandung Bondowoso karena dia
mempunyai senjata sakti yang bernama Bandung.
Dengan persetujuan Raja Pengging, Bandung Bondowoso menempati Istana Prambanan.
Di sini dia terpesona oleh kecantikan Lara Jonggrang, putri bekas lawannya -- ya, bahkan
putri raja yang dibunuhnya. Bagaimanapun juga, dia akan memperistrinya.
Lara Jonggrang takut menolak pinangan itu. Namun demikian, dia tidak akan
menerimanya begitu saja. Dia mau kawin dengan Bandung Bondowoso asalkan syarat-syaratnya
dipenuhi. Syaratnya ialah supaya dia dibuatkan seribu candi dan dua sumur yang dalam.
Semuanya harus selesai dalam waktu semalam. Bandung Bondowoso menyanggupinya, meskipun
agak keberatan. Dia minta bantuan ayahnya sendiri, orang sakti yang mempunyai balatentara
roh-roh halus.
Pada hari yang ditentukan, Bandung Bondowoso beserta pengikutnya dan
roh-roh halus mulai membangun candi yang besar jumlahnya itu. Sangatlah mengherankan cara
dan kecepatan mereka bekerja. Sesudah jam empat pagi hanya tinggal lima buah candi yang
harus disiapkan. Di samping itu sumurnya pun sudah hampir selesai.
Seluruh penghuni Istana Prambanan menjadi kebingungan karena mereka yakin bahwa
semua syarat Lara Jonggrang akan terpenuhi. Apa yang harus diperbuat? Segera gadis-gadis
dibangunkan dan disuruh menumbuk padi di lesung serta menaburkan bunga yang harum baunya.
Mendengar bunyi lesung dan mencium bau bunga-bungaan yang harum, roh-roh halus
menghentikan pekerjaan mereka karena mereka kira hari sudah siang. Pembuatan candi kurang
sebuah, tetapi apa hendak dikata, roh halus berhenti mengerjakan tugasnya dan tanpa
bantuan mereka tidak mungkin Bandung Bondowoso menyelesaikannya.
Keesokan harinya waktu Bandung Bondowoso mengetahui bahwa usahanya gagal, bukan
main marahnya. Dia mengutuk para gadis di sekitar Prambanan -- tidak akan ada orang yang
mau memperistri mereka sampai mereka menjadi perawan tua. Sedangkan Lara Jonggrang sendiri
dikutuk menjadi arca. Arca tersebut terdapat dalam ruang candi yang besar yang sampai
sekarang dinamai candi Lara Jonggrang. Candi-candi yang ada di dekatnya disebut Candi Sewu
yang artinya seribu.
SI PITUNG
Si
Pitung adalah seorang pemuda yang soleh dari Rawa Belong. Ia rajin belajar mengaji pada
Haji Naipin. Selesai belajar mengaji ia pun dilatih silat. Setelah bertahun- tahun
kemampuannya menguasai ilmu agama dan bela diri makin meningkat.
Pada waktu itu Belanda sedang menjajah Indonesia. Si Pitung
merasa iba menyaksikan penderitaan yang dialami oleh rakyat kecil. Sementara itu, kumpeni
(sebutan untuk Belanda), sekelompok Tauke dan para Tuan tanah hidup bergelimang kemewahan.
Rumah dan ladang mereka dijaga oleh para centeng yang galak.
Dengan dibantu oleh teman-temannya si Rais dan Jii, Si
Pitung mulai merencanakan perampokan terhadap rumah Tauke dan Tuan tanah kaya. Hasil
rampokannya dibagi-bagikan pada rakyat miskin. Di depan rumah keluarga yang kelaparan
diletakkannya sepikul beras. Keluarga yang dibelit hutang rentenir diberikannya santunan.
Dan anak yatim piatu dikiriminya bingkisan baju dan hadiah lainnya.
Kesuksesan si Pitung dan kawan-kawannya dikarenakan dua
hal. Pertama, ia memiliki ilmu silat yang tinggi serta dikhabarkan tubuhnya kebal akan
peluru. Kedua, orang-orang tidak mau menceritakan dimana si Pitung kini berada. Namun
demikian orang kaya korban perampokan Si Pitung bersama kumpeni selalu berusaha membujuk
orang-orang untuk membuka mulut.
Kumpeni juga menggunakan kekerasan untuk memaksa penduduk
memberi keterangan. Pada suatu hari, kumpeni dan tuan-tuan tanah kaya berhasil mendapat
informasi tentang keluarga si Pitung. Maka merekapun menyandera kedua orang tuanya dan si
Haji Naipin. Dengan siksaan yang berat akhirnya mereka mendapatkan informasi tentang
dimana Si Pitung berada dan rahasia kekebalan tubuhnya.
Berbekal semua informasi itu, polisi kumpeni pun menyergap
Si Pitung. Tentu saja Si Pitung dan kawan-kawannya melawan. Namun malangnya, informasi
tentang rahasia kekebalan tubuh Si Pitung sudah terbuka. Ia dilempari telur-telur busuk
dan ditembak. Ia pun tewas seketika.Meskipun demikian untuk Jakarta, Si Pitung tetap
dianggap sebagai pembela rakyat kecil.