Saturday, 20 October 2012
Apakah Anda masih
ingat dengan peristiwa
G30S PKI? Ya, tragedi
kemanusiaan yang
terjadi 47 tahun lalu
tersebut masih menyisakan duka yang
mendalam akibat
kontra-revolusi
tindakan militer yang
dipimpin oleh Soeharto.
Bagaimana tidak
memprihatinkan?
Bayangkan saja 7
perwira tinggi militer
Indonesia bersama
beberapa anggota lainnya dibunuh satu persatu dalam suatu percobaan kudeta yang
kemudian dituduhkan kepada anggota PKI atau Partai Komunis
Indonesia. Mereka semua disiksa, dibunuh, dan dimasukkan ke
dalam Lubang Buaya di mana Lubang Buaya tersebut merupakan
sebuah sumur yang berada di Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.
Berikut ini adalah sedikit kisah dari tujuh pahlawan revolusi tersebut. 1. Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman, lahir di Wonosobo,
Jawa Tengah pada tanggal 4 Agustus 1918 atau yang lebih dikenal
dengan nama S. Parman. Beliau merupakan salah satu pahlawan revolusi Indonesia
dalam peristiwa G30S PKI. Beliau adalah perwira yang banyak mengetahui tentang
kegiatan rahasia yang dilakukan oleh PKI. Selain itu, beliau juga termasuk salah satu
perwira yang menolak rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani, sehingga peristiwa penolakan tersebut membuat dirinya
dimusuhi dan akhirnya menjadi korban pembunuhan PKI. Beliau diculik pada saat
berada di rumahnya oleh anggota PKI, kemudian dibunuh dan disembunyikan di
Lubang Buaya pada tanggal 1 Oktober 1965. Akhirnya S. Parman dimakamkan di
Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. 2. Kapten Pierre Andreas Tendean Kapten Pierre Andreas Tendean, lahir pada tanggal 21 Februari di Jakarta. Pierre
merupakan pria keturunan Minahasa-Prancis, namun ia juga fasih dalam berbahasa
Jawa. Beliau juga merupakan ajudan dari Jenderal Besar DR. Abdul Harris Nasution,
seorang Menteri Koordinator dan Kepala Staf ABRI di era Soekarno. Pierre Tendean
tewas karena diculik dan dibunuh oleh anggota PKI karena disangka Jenderal Besar
DR. A.H. Nasution. Beliau dibunuh di lubang buaya pada tanggal 1 Oktober 1965. Pierre Tendean adalah pahlawan revolusi termuda yang gugur dalam peristiwa G30S PKI. 3. Letnan Jenderal TNI R. Suprapto Letnan Jenderal TNI R. Suprapto, lahir pada tanggal 20 Juni 1920 di Purwokerto, Jawa
Tengah. Pada awal kemerdekaan, beliau merupakan salah satu orang yang terlibat
dalam perjuangan merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap dan pernah menjadi
anggota pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Purwokerto, serta ikut dalam
medan pertempuran di Ambarawa untuk melawan tentara Inggris. Pada akhirnya ia
juga ikut dibunuh karena menentang PKI dan dibuang di Lubang Buaya pada tanggal 1 Oktober 1965 serta dimakamkan di Taman Makam Kalibata, Jakarta. 4. Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani lahir pada tanggal 19 Juni 1922 di Purworejo,
Jawa Tengah. Beliau merupakan orang yang selalu menentang kehendak PKI dan
karena itulah beliau merupakan target utama dalam penculikan oleh PKI di antara 7
petinggi TNI AD yang lain. Beliau tewas ditembak di ruang makan rumahnya di Jalan
Lembang D58, Menteng pukul 04.35 tanggal 1 Oktober 1965, dan dibuang ke Lubang
Buaya. Ahmad Yani juga dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Jakarta. 5. Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirto Haryono Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirto Haryono lahir pada tanggal 20 Januari 1924 di
Surabaya, Jawa Timur. Kemampuannya dalam menguasai tiga bahasa internasional
yaitu bahasa Inggris, Jerman, dan Belanda membuatnya menjadi tokoh yang berperan
penting dalam berbagai perundingan antara pemerintah RI dengan pemerintah
Inggris maupun Belanda, Bahkan beliau pernah menjabat sebagai Sekretaris Delegasi
Militer Indonesia pada saat diselenggarakannya Konferensi Meja Bundar atau KMB. Pada akhirnya ia juga menjadi korban penculikan yang dilakukan oleh PKI dan tewas
pada tanggal 1 Oktober 1965 di Lubang Buaya. 6. Mayor Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac Panjaitan Mayor Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac Panjaitan, lahir pada tanggal 19 Juni 1925
di Balige, Sumatera Utara. Pada saat Indonesia mencapai kemerdekaannya, beliaulah
yang pertama kali membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan para pemuda
dan menjabat sebagai komandan batalyon di TKR. Jabatan terakhirnya pada saat peristiwa G30S PKI adalah sebagai asisten IV Menteri/
Panglima Angkatan Darat. Pada saat itulah beliau juga memiliki prestasi sendiri
karena berhasil membongkar rahasia pengiriman senjata dari Republik Rakyat Cina
untuk PKI yang digunakan untuk menlancarkan pemberontakan PKI. Pada tanggal 1
Oktober 1965, Panjaitan menyerahkan diri pada anggota Gerakan 30 September di
rumahnya dan ditembak mati, mayatnya dibuang ke Lubang Buaya dan baru ditemukan pada tanggal 4 Oktober 1965. 7. Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo lahir pada tanggal 23 Agustus
1922 di Kebumen, jabatan terakhirnya adalah sebagai Brigadir Jenderal. Menjelang
pemberontakan G30S PKI, beliau telah merasakan firasat buruk, udara di ruangannya
terasa sangat panas dan ternyata firasatnya tidak salah lagi. Beliau diculik oleh Serma
Surono dan Men Cakrabirawa, anggota dari Gerakan 30 September dengan alasan ada
panggilan dari presiden. Yang lebih memprihatinkan, sebelum ditembak mati beliau disiksa dan dianiaya di luar batas-batas kemanusiaan dan akhirnya wafat dan
dibawa ke Lubang Buaya pada tanggal 1 Oktober 1965. Selain beberapa tokoh di atas, ada juga beberapa orang yang juga ikut menjadi
korban dalam peristiwa pemberontakan tersebut, yaitu : 1. Bripka Karel Satsuit Tubun, seorang pengawal kediaman resmi wakil perdana menteri II dari dr. J. Leimena
2. Letnan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto, seorang kepala staf Korem 072/ Pamungkas, Yogyakarta
3. Kolonel Katamso Darmokusumo, seorang Komandan Korem 072/ Pamungkas, Yogyakarta Mereka telah gugur untuk membela bangsa Indonesia agar tidak dikuasai oleh para
pemberontak, dengan sepenuh jiwa mereka melawan segala hal yang dapat
mengacaukan segala keutuhan bangsa ini. Kita sebagai generasi penerus bangsa
harus tetap mewariskan semangat tersebut, jika bukan kita yang menjaga bangsa ini,
siapa lagi?